Tanpa ada maksud menggurui, tulisan ini ku buat untuk membantu para teman-teman calon au pair untuk memilih keluarga asuh yang tepat. Harus kita akui, keberhasilan dan kebahagiaan seorang au pair ditentukan oleh keluarga asuh.
Kalau beruntung yah, dapat keluarga asuh yang sangat baik. Kemungkinan malah bisa tinggal di apartment yang dipinjami keluarga asuh atau mendapatkan rumah kecil yang tidak menyatu dengan rumah utama. Bebas mengambil waktu libur dan boleh membeli makanan yang nantinya bisa di reimburse. Keluarganya menyenangkan dan anak-anaknya mudah diurus.
Mudahnya Kirim Uang ke Indonesia
Kalau kurang beruntung? Yah, bisa menjadi pengalaman yang buruk.
Aku sendiri sudah punya pengalaman buruk dengan keluarga asuh. Oleh karena itu, aku membuat tulisan ini untuk membantu teman-teman yang ingin menjadi au pair dan mendapatkan keluarga asuh yang tepat.
BERIKUT INI CIRI-CIRI KELUARGA ASUH YANG HARUS DIHINDARI CALON AU PAIR:
TERLALU BANYAK ANAK
Salah satu tugas au pair adalah menjaga anak. Untukku sendiri, tiga adalah jumlah anak yang paling banyak untuk bisa kuurus. Kenapa? Karena menjaga anak itu bukan masalah fisik saja yang bekerja, tapi juga hati dan pikiran. Bayangkan saja kalau anak asuh kalian ada lima, yang satu mau ini, yang lain mau itu. Bisa lelah nantinya. Belum lagi kalau beberapa anaknya masih perlu ganti popok, pasti ribet.
Calon Au Pair? Ini Daftar Situs Selain Au Pair World
Selain itu, jumlah anak itu juga akan memengaruhi kegiatan light houseworknya au pair. Semakin banyak jumlah anak, pasti semakin banyak ruangan berisi mainan yang harus dirapihkan, kecuali kalau semua anak ada di satu kamar. It is gonna be one big mess 😀
BANYAK ALERGI
Aku sudah punya pengalaman dengan keluarga yang gluten free dan beberapa anggota keluarga punya alergi tertentu bahkan nggak bisa makan ayam! Awalnya kupikir biasa saja, sampai si ibu meminta ku untuk tidak menggunakan piring ketika membuat roti (remahannya mengandung gluten) dan menggunakan panci tersendiri untuk memasak indomie. Rasanya benar-benar tidak nyaman.
Selain itu dengan perbedaan makanan ini, aku juga tidak bisa asal-asalan mengambil stok makanan di kulkas. Buat orang yang cinta kuliner sepertiku, ini adalah siksaan haha
PERFEKSIONIS
Setiap orang tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda. Kalau aku sendiri, merasa sulit hidup dengan orang yang ingin semuanya tertata rapi dan sempurna. Menurutku kalau rumah ditinggali yah pasti kotor. Rumah yang dijaga karena bersejarah juga sepertinya belum tentu bersih sempurna.
Sangat lumrah apabila orang Eropa ingin rumahnya kelihatan rapi, memang tingkat kebersihan di Eropa ini lebih tinggi. Akan tetapi tidak sedikit orang yang bukan hanya memiliki tingkat kebersihan yang tinggi tetapi juga ingin semuanya terlihat sempurna.
Au Pair: Bermasalah dengan Host Family?
Dari pengalamanku, ibu asuh lama pernah meminta ku membersihkan satu benda yang menurutnya masih “sangat kotor”. Ketika aku datangi benda tersebut, waduh bersih sekali, sepertinya lalat saja bisa terpeleset. Belum lagi kemauannya untuk mencuci tangan dengan baik dan benar. Kalau dihitung, aku mungkin cuci tangan sepuluh kali sehari.
Ketika aku membereskan sesuatu pun terkadang dicek bahkan menggunakan kain putih untuk memastikan tidak ada kotoran kecil yang tertinggal. Waduh, bikin geleng-geleng kepala!
PERHITUNGAN
Di beberapa post sebelumnya, aku pernah bercerita bahwa ketika aku sarapan dengan alpukat saja disindir. Katanya mahal. Haduh ribet deh! haha
Visa Au Pair Swedia DITOLAK?! Mungkin ini ALASANNYA
Untukku sendiri, keluarga asuh yang perhitungan terhadap makanan dan hari libur harus dihindari. Coba bayangkan harus tinggal selama satu atau dua tahun dengan keluarga yang seperti ini. Buat ku sih, sangat tidak nyaman.
TIDAK MAU MEMBERIKAN KONTAK AU PAIR SEBELUMNYA
Tidak sedikit keluarga asuh yang tidak mau memberikan kontak au pair sebelumnya atau mengulur-ulur. Menurutku ini termasuk red flag.
Apakah Au Pair sama dengan TKI?
Kenapa mereka tidak mau kita berbicara dengan au pair sebelumnya? Apa takut si au pair lama menceritakan hal buruk tentang mereka?
Pada akhirnya, mencari keluarga asuh memang susah gampang apalagi banyak keluarga asuh yang ingin au pairnya sudah berada di Eropa. Tetapi menurut pengalamanku, lebih baik menunggu lebih lama dan mendapatkan yang tepat dari pada buru-buru hanya karena ingin cepat berangkat.
Program au pair itu kan bukan hanya sebulan atau dua bulan, oleh karena itu kita harus benar-benar yakin kalau kita akan merasa nyaman dengan calon keluarga asuh.
Selamat mencoba 🙂
kalau anak sampai 5 apa ga ada aturan, harus pakai 2 au pair Tess?, ngurus 2 anak aja bikin gila haha apalagi 5.
Perdana pos diblog ini. Salam kenal. Waduh 5 anak itu jagain sehari saja kalau sendirian itu mumet…kecuali sudah ditaklukkan hahaha. Ehya kalau pemilik rumah perfeksionis jiwa slebor kan tersiksaa